We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 67
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 67

Selena melihat ke arah pintu yang sepertinya tidak akan pernah dibuka. Cahaya di matanya pun

pelan–pelan memudar.

Tidak peduli berapa kali pun dia mengalami hal seperti ini, hasilnya selalu sama saja.

Waktu itu anaknya, apakah kali ini adalah gilirannya?

Dia masih ingat, setengah jam setelah dirinya selesai dioperasi, Harvey baru datang

menengoknya dari kamar di mana Agatha dirawat. Saat menghadapi kenyataan bahwa dia harus

kehilangan anaknya, hatinya pun sudah benar–benar putus asa. Dengan rasa kecewa, dia pun

bertanya, “Mengapa yang kamu selamatkan adalah dia?”

“Karena kamu bisa berenang.“, jawab Harvey.

Saat mendengar jawaban ini, air mata yang tertahan sejak tadi pun perlahan–lahan mengalir.

Saat itu, dia sedang hamil enam bulan, dan kakinya terikat oleh jaring ikan di bawah air. Dia hanyalah

seorang wanita hamil, bukan dewa

Kali ini pun Harvey berpikir bahwa tubuh Selena masih dalam kondisi yang sama seperti dulu. Memang

benar, tubuh Selena yang basah kuyup karena air dingin ini paling parah hanya akan terkena flu ringan

saja. Namun, Harvey tidak tahu, bagi seorang pasien yang telah dikemoterapi,

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

flu ringan pun bahkan bisa merenggut nyawanya.

Harvey mengira dunia dapat dikendalikan olehnya, tetapi kali ini dia akan membayar harga atas

kesombongannya.

Selain Arya yang saat ini masih terbaring tak sadarkan diri, Selena sudah tidak memiliki harapan apa

pun terhadap dunia ini.

Dia seperti seorang tahanan yang terikat di kayu salib, hanya bisa bertahan sampai akhir sambil

menundukkan kepala dengan tenang, menunggu suatu penghakiman kematian.

f

Setelah sekian lama, pintu akhirnya terbuka. Selena pun menengadah dengan lemah. Tatapan

matanya tertuju pada seorang pria jangkung yang berdiri di dekat pintu.

Selena menahan napas terakhirnya dan melihat pria itu berjalan ke arahnya, lalu berdiri di

depannya dan bertanya, “Selena, apakah kamu sudah tahu letak kesalahanmu?”

“Kesalahan?” tanya Selena dalam hati.

*Kesalahan apa yang telah kulakukan?”

Pada saat ini Selena ingin tertawa. Perutnya mati rasa sejak awal karena sakit, tangannya sudah kaku,

dan bahkan tubuhnya begitu kedinginan hingga dia tidak bisa merasakan apa–apa lagi.

“Apa lagi yang bisa die katakan? ini semua adalah akibat dari ulah yang dilakukannya sendiri

gm Itarvey dalam batt

Selena pun berkata dengan bibirnya yang mangap mengap seperti ikan yang sekarat “Harvey.

aku bersalah

hibir Harvey tampak sedikit menyetingai dalam kegelapan.

Setelah Harvey dengan cepat melepaskan ikatannya, tubuh Selena pun terkulai tak berdaya

Selena pun melontarkan satu kalimat yang dingin dan menusuk.

“Kesalahan terbesarku adalah bertemu denganmu.”

Chandra menyalakan lampu, Saat cahaya memancari matanya, Harvey melihat pergelangan

tangan Selena berlumuran darah.

Untuk melepaskan diri dari ikatan sabuk, Selena bahkan melukai dirinya hingga seperti ini.

Dulunya, saat tertusuk jarum sedikit saja, dia sudah berteriak histeris.

Harvey mengangkat tubuh Selena. Wajah Selena tampak sangat pucat, rambut hitamnya menempel

pada pipinya. Sosoknya menjadi terlihat seperti boneka porselen.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Harvey pun mulai tampak panik. “Kenapa bisa begini?” tanyanya dalam hati.

Dulunya, kondisi tubuh Selena sangat baik. Bahkan dia mampu berenang di musim dingin. Kenapa

sekarang dia terguyur sedikit air dingin saja bisa jadi selemah ini?

“Selena, jangan berpura–pura.”

Saat melihat tubuh Selena tampak seperti mayat, Harvey pun mengulurkan tangan untuk meraba

pipinya. Tubuhnya benar–benar kedinginan.

Tangan Harvey pun bergemetaran saat menyentuh tubuh Selena. “Panggilkan dokter!” seru

Harvey.

Chandra pun sangat terkejut, kemudian dia buru–buru menghubungi dokter pribadi.

Harvey menjadi panik. Dia mengira dirinya sudah cukup paham tentang kesehatan tubuh manusia.

“Hanya setengah jam saja, itu hanya untuk memberinya pelajaran, kenapa malah jadi

begini?” pikir Harvey,

Dia pun segera melepas pakaian Selena, lalu berusaha memberikan pertolongan pertama.

Untungnya, Selena masih bernapas, walaupun napasnya terasa lemah.